Minggu, 11 Juli 2021

Catatan Hari Lahir



Hari sudah malam. Senja telah lama pergi meninggalkan banyak kisah. Yang tersisa kini hanya kenangan, untuk dirangkai menjadi catatan sebelum doa malam.

Catatan kali ini tentang hari lahir. Hari mengenang, aku lahir di tengah dunia. Yah, 27 tahun lalu, di sebuah dusun kecil, di kampung Pejek Manggarai Timur. 

Seperti kamu, aku menangis saat lahir. Menangis karena rasa nyaman di perut ibu tiba-tiba menghilang. Aku masuk ke dunia yang asing yaitu tanah kelahiranku. Tapi tangisku adalah Sukacita besar bagi keluarga dan orang sekampung. Sebab, aku lahir selamat dan sehat.

Kini, 27 tahun telah berlalu. Tidak banyak yang melekat erat dalam memori selain usia yang semakin tidak muda. Sebab semua serasa mengalir seperti udara, berjalan tanpa ada yang merintangi, walau berlabu di tengah samudra kehidupan dengan segala sesuatu yang menyenangkan dan derai air mata dukacita. 

Tentang hari kelahiran, ada yang selalu dengan bangga kuceritakan pada diriku sendiri. Itu tentang beragam tempat aku merayakannya. Mulai dari 2015 di Ruteng, 2016 di Malang, 2017 di Banyuwangi, 2018 di Pandaan, 2019 di Bali, 2020 di Malang. 

2021 sangat unik dan berbeda. Tidak ada tiup lilin dan nyanyian selamat, pun sedikit yang mengucapkan. Itu terjadi karena aku terpapar covid dan harus menjalankan isolasi mandiri. M emang agak susah menerima kenyataan pedih ini, tapi aku tetap bersyukur, dan kelak akan mengenang hari ulang tahunku tahun 2021 spesial dan unik. 

Itu dulu catatan malam ini. Brevirku seolah sudah berkata, ayo berdolah. Malam sudah larut dan sudah melepas lelah. Dan dalam doaku aku mengingat kamu semua untuk segala cinta dan perhatian yang telah kuterima di hari ulang tahunku ini.

Berkatilah kami Ya Tuhan bila kami berjaga-jaga, lindungilah kami bila kami tidur. Semoga kami berjaga bersama Kristus dan beristirahat dalam damai. 


Selasa, 29 Juni 2021

In The End

 

Satu tahun, bukan waktu singkat bagi mereka yang benar-benar merefleksikan hidup. Sebab setiap waktu yang dilalui adalah kesempatan untuk perbanyak sujud, sambil membenahi apa yang kemarin belum diperbaiki agar esok dijalani dengan hati bersih.

Waktu setahun biasanya berakhir di bulan desember. Namun, itu hanya kesepakatan bersama. Sejatinya setahun itu bisa berakhir hari ini, esok atau minggu depan. Karena yang terpenting ialah bagaimana hidup dihayati dan dibahasakan dalam karya nyata.

Agustus 2020 lalu, aku menginjakkan kaki di Kota Pasuruan. Semua terasa baru dan aku menjadi orang asing di sini. Waktu dan pengalaman kemudian mengajariku bahwa 

bumi ini adalah rumahku, semua yang kujumpai adalah saudara dan saudariku.

Itulah keyakinan yang kugenggam hingga aku merasa Kota Pasuruan rumahku dan aku berjumpa dengan banyak keluarga baruku.

Keluargaku yang utama ialah para konfrater, yang siang malam berjalan bersamaku. Mereka bukan sosok senioritas, tetapi lebih sebagai teman dan orang tua yang bijaksana.

Dari mereka, saya menimba ilmu, mengasah semangat, dan mengokohkan pilihan. Mereka benar-benar hadir sebagai pembimbing yang mengarah pada jalan yang terbaik.

Perlahan kutemukan diri dalam kebersamaan dengan mereka. Sesungguhnya yang kupelajari ialah hal ini, memberi diri bagi orang lain. Mereka berdua adalah

sosok tangguh dalam pembaktian diri, pelayan yang setia nan tulus, dan pendengar yang tahu memberi saran terbaik.

Itulah yang kusaksikan dalam perjumpaan dengan mereka. Dan itu pulalah yang akan kubawa hingga akhir perjuanganku di dunia ini.

Keluargaku yang lain adalah para suster Sang Timur. Mengenal mereka tidak pernah kuimpikan. Tetapi Tuhan menunjuk mereka untuk menjadi teman dan sahabat yang baik.

Segala kasih dan perhatian yang diberikan, sungguh membuatku menyadari betapa indahnya hidup sebagai biarawan/i. Cara hidup yang unik dan aneh ini, sungguh memberi warna yang tidak kutemui di luar sana.

Lebih dari itu, mereka adalah teman curahat yang sempurna. Pandai memberi nasihat, hebat dalam menjaga rahasia. Suka berkelakar hingga memecah suasana jadi tawa dan gaduh.

Namun kusadari, kerap aku salah tingkah, membuat mereka marah, jengkel hingga sedih. Tapi, itu yang akan kukenang. Itu juga yang akan kurindukan selalu dari mereka.

Setahun berada bersama para suster, baru hari-hari akhir aku mengerti rahasia hidup mereka. Rahasianya sederhana, Salam, Sapa, Senyum, Santun, dan sahabat.

Mungkin seperti mereka, setiap orang harus memiliki rahasia. Rahasia yang tertulis di hati, diwujudkan dalam tindakan nyata hingga berbuah dalam diri sesama.

Keluargaku terakhir ialah umat. Mereka adalah keluargaku yang besar dalam segi jumlah, juga besar dalam memberi perhatian. Mereka kerap kutemui di gereja saat ibadat, bakti sosial, hingga konsultasi.

Mereka banyak menghadirkan berkat lewat buah, makanan, sayuran dan banyak ragam pemberian yang membuatku merasa bangga dan bersyukur.

Banyak yang tak kukenal. Tapi memberi arti setiap ada perjumpaan. Dari mereka saya belajar tentang kualitas hidup beriman. Bawasannya menjadi seorang Katolik berarti berjuang, bergulat hingga mencapai garis akhir sebagai pemenang sejati.

Kesempurnaan hidup bukan semata pada harta, tetapi pada hati yang selalu berbagi.

In the and, (akhirnya) aku mengucapkan beribu terimakasih kepada anda sekalian. Untuk kebersamaan dan kenangan yang telah kita lalui, semoga menjadi berkat di masa yang akan datang.

Dan kelak ketika kita berjumpa lagi, akan ada kisah tersisa yang bisa diceritakan, sembari berbagi kisah baru dalam nuansa kekeluargaan.

Rabu, 23 Desember 2020

Tidak ada yang abadi di dunia ini. Begitulah kata para pujangga, dan memang itu benar. Semua akan pergi dan akan meninggalkan dunia ini. Umat beragama menyebut tujuan dari perziarahan di dunia ini, Surga. Sedang bagi seorang ateis, tidak tahu.

Makin ke sini, aku semakin menyadari betapa dunia ini fana. Kini, 2020 hampir pergi dan tidak banyak yang tersimpan, semua menghilang, menguap. Yang ada hanya serpihan-serpihan sakit hati, luka dan kenangan. Semua itu pun akan pergi pada waktunya.

Kemarin aku mengira persahabatan dan cinta itu adalah segalanya. Namun itu salah. Sebab semua mudah pergi, meninggalkan luka lalu hilang tertelan waktu. Yang aku kejar di dunia fana ini sesungguhnya tidak ada selain kematian yang berlari bersama usia. Sedangkan sahabat, cinta, itu cuma sekedar pelepas rasa. Sebab yang ada dan nyata di dunia fana ini adalah kesepian dan sendiri.

Malam panjang melelahkan dalam kesendirian. Semua adalah tentang aku dan tubuh, yang akan berjuang, meratap di bawah bumi yang fana adanya. 

Kamis, 12 November 2020

Tak ada perjumpaan yang abadi. Jika kita pernah berjumpa dan pernah memiliki, mungkin itu sebuah kebetulan yang istimewa. Sebab, tak ada yang sungguh pasti yang bisa kita rencanakan. Semua yang terjadi, berjalan seperti angin, memberi rasa sejuk di kala panas dan juga menggigil di saat terlalu dingin. 

Begitulah yang terjadi dalam setiap perjumpaan. Dimana ada perjumpaan, di sana selalu ada kata perpisahan. Dimana ada pertemuan, selalu tersirat kata kepergian. Seperti Aku dan kamu, yang telah menjadi kita, kini harus menerima kenyataan ini yakni berpisah.

Perjumpaan memang berdekatan dengan perpisahan, seperti hidup bergandengan dengan kematian. Sayangnya saat perpisahan itu datang, ia hanya meninggalkan rasa rindu juga luka. Membuat yang mengalaminya tersiksa. Begitulah yang terjadi.

Tapi, tidak ada yang paling indah selain kita menerima dan berjuang untuk melupakannya. 

Kamis, 18 Juni 2020

Mempertahankan Kebiasaan Menulis di Waktu Liburan

Tidak mudah mempertahankan kebiasaan menulis. Butuh komitmen dan usaha yang keras. Itulah yang sedang aku alami hingga saat ini. Semenjak kuliah selesai dan tugas kampus tidak ada lagi, kebiasaan menulis dan membaca terasa sangat menurun. Aku lebih memilih tidur atau chattingan yang tidak banyak memberi manfaat ketimbang menulis dan membaca.

Hari--hari ini aku mencoba menemukan cara-cara agar tetap produktif di tengah banyaknya waktu luang. Cara baru yang ingin aku temui dan aku lakukan ialah tetap menulis dan semakin rajin mambaca. Namun aku belum menemukannya dan berharap, dengan mengulas beberapa hambatan yang aku hadapi, aku semakin bisa menemukan cara-cara agar tetap produktif.

Pertama, tidak ada tuntutan dari luar. Aku mengalami bahwa tidak adanya tekanan atau tuntutan untuk menulis menjadi kendala bagiku dalam menulis. Tuntutan itu ialah tugas-tugas kampus, yang biasanya menuntut referensi yang banyak dan juga kemauan untuk membaca banyak bahan. Ketika tuntutan itu tidak lagi menjagi bagian dari keseharianku, aku mulai malas dan tidak lagi bergairah untuk tetap produktif.

Kedua, tidak memiliki greget dengan apa yang hendak diraih. Ini adalah masalah lain yang menjadi perhatian utamaku. Aku seakan kehilangan semangat untuk terus mengasah kemampuanku dalam menulis. 

Kamis, 23 April 2020

Kita Butuh Semngat dan Harapan





100 Kata Motivasi Untuk Membuat Hidup Menjadi Lebih Semangat
Semangat!!!!!! Kita membutuhkan semangat untuk apapun dalam hidup. Dari pekerjaan yang terlihat spele, hingga pekerjaan yang menuntut tanggungjawab besar. Tak ada kesuksesan tanpa semangat. Karena itu semangat mutlak perlu untuk hasil yang dicita-citakan.

Semangat itu bukan barang jadi. Kita perlu menumbuhkannya agar ia menjadi etos. Begitulah yang kemudian kita saksikan dari orang-orang sukses. Mereka akan selalu dengan bangga mengatakan, kita butuh semangat.

Semangat kita butuhkan dari dua arah. Dari orang lain dan dari diri kita sendiri. Kita butuhkan semangat dari orang lain, manakala kita kehilangan arah. Manakala semangat kita padam. Maka, kehadiran sesama dan semangat kerja sama itu penting dalam menumbuhkan semangat, terutama semangat juang dalam hidup.

Kita juga sangat membutuhkan semangat dari dalam  diri. Kita bahkan harus mampu menyemangati diri kita, kapan dan di manapun, serta dalam kondisi apapun. Untuk bisa melakukannya, kita harus belajar bagaimana menyemangati diri sendiri.  Katakan selalu pada diri sendiri, AKU BISA. Ulangilah setiap saat kata-kata itu.

Semangat  adalah perkara penting bagi hidup. Kebanyakan kegagalan, lahir karena orang tidak mampu menyemangati dirinya atau tidak tahu bagaimana menyemangati diri.

Memang, semangat itu butuh usaha. Ia tidak turun dari langit dan kita tinggal menikmatinya. Untuk memperolehnya, tidak jarang kita harus bergulat. Berjuang tiada henti dan belajar tanpa kenal lelah. Anan Khrisna, seorang penulis terkenal, mengatakan begini, "Untuk semua cita-cita baikmu, kau hanya perlu menumbuhkan semangat juang."

Di tengah situasi pendemi sekarang ini, kita membutuhkan semangat. Tidak cukup mengharapkan semangat dari orang lain, kita harus mampu menyemangati diri. Dalam opini-opini yang dimuat di surat kabar Kompas, hari-hari ini, para penulis menggemakan kembali untuk tidak kehilangan semangat. Hanya dengan memiliki semangat baja, kita mampu menghadapi wabah. Tanpa semangat kita akan kehilangan segalanya, bahkan yang paling berharga.

Budi Hardiman dalam artikel Opini pada 27 Maret 2020, menulis begini, hal yang tidak penah hilang dari manusia ialah harapan. Di tengah pandemi ini, kita harus menumbukan harapan, bahwa badai pasti berlalu. Penulis lain mengungkapkan hal yang sama, misalnya ajakan untuk tetap sehat, menjaga diri dan orang lain, tetap produktif, jangan menyerah, dan yang lainnya.

Semangat memiliki kedekatan arti dengan harapan. Orang yang memiliki semagat juang, tidak akan pernah kehilangan harapan. Begitu juga sebaliknya, orang yang memiliki pengharapan tidak akan luntur semangatnya di tengah badai apapun. Sebab, hal yang tidak pernah mati dalam hidup ialah semangat dan harapan. 


Rabu, 08 April 2020

Menulis itu Menyanangkan


Menulis itu menyenangkan. Begitulah yang aku rasakan hingga saat ini. Menyenangkan, sebab menulis itu membantu mengeluarkan ide yang ada di kepala. Yah, anda dan saya terntu tidak asing dengan kenyataan bahwa, sering kali kepala terasa penuh. Saat-saat seperti, kalau tidak tahu bagaimana mengurangi kesesakan itu, kita bisa stres.

Telah lama aku menyadari bahwa sesuatu yang membuat kepala terasa penuh itu ternyata pikiran-pikiran atau ide-ide bahkan beban kehidupan. Layaknya segelas air yang terisi penuh, tidak bisa diisi dengan hal lain lagi, begitu juga ternyata kepala kita. Jika kita hendak memasukan hal-hal baru yang mungkin penting dan berguna bagi hidup, sebaliknya kita kurangi apa ada di kepala.

Tips Bagi Pemula
Banyak orang memang, tidak mengetahui bagaimana menguranginya. Selain berolah raga untuk merefres kembali otak kita, ternyata Menulis bisa dijadikan cara untuk mengurangi kepenatan di kepada. Jika anda mau coba, aku memberi tips berikut ini.

Pertama, duduklah di depan laptop atau komputer anda. Usahakan ciptakan kondisi badan yang baik yang membuat anda tetap tegak. Jika anda belum mengambil posisi yang tepat, coba lagi dalam waktu satu atau dua menit.

Kedua, tenangkan pikiran anda dengan terlebih dahulu menarik nafas dan menghembusnya secara perlaha-lahan. Setiap tarikan nafas, cobalah untuk memusatkannya di kepala. Tiga sampai empat kali tarikan bisa membuat pikiran menjadi tenang. Saat itulah anda bisa dengan jernih memilah-milah hal-hal atau pengalaman yang anda ingin tulis. Saya percaya, bahwa aktifitas menulis itu, selalu didukung oleh suasana hati dan pikiran yang tenang.

Ketiga, tarulah jari anda di atas tuts. Ingat, anda harus mulai menulis tanpa banyak berpikir. Tulislah semua yang bisa anda tulis tanpa mengoreksinya. Teruskan aja menulis sampai anda merasa tulisan sudah banyak. Saat itu anda berhenti sejenak dan mulailah membaca ulang sambil mengoreksi.

Keempat, anda akan mengalami rasa pesimis. Jika anda pemula dalam menulis, anda akan merasa pesimis dengan tulisan anda itu. Sebab anda merasa bahwa tulisan anda ternyata tidak sebaik tulisan orang lain. Nah, di sinilah anda harus menentukan pilihan, tetap mau menulis atau berhenti menulis.
Kelima, Tetaplah menulis dan jangan berhenti. Ada ungkapan yang bisa anda jadikan rujukan, segala permulaan itu sulit. Itu benar, tak ada permulaan yang terasa menyenangkan dalam meraih mimpi. Setiap tokoh dunia mengakui bahwa meraka harus terpuruk dulu sebelum bangkit menjadi orang hebat.

Keenam, ketika anda semakin terbiasa menulis, anda akan menyadari ternyata menulis itu menyenangkan. Menulis tentu bukan melulu tentang menulis buku, tetapi terutama mengeluarkan ide cemerlang di kepala anda yang anda tidak duga ternyata luar biasa. Ide-ide anda dan siapa anda ternyata bisa lebih luar biasa ketika anda perlahan-lahan mulai merangkai ide-ide di kepala anda.

Tak Ada Salahnya Anda Menulis
Sampai hari ini aku telah mengeluarkan banyak ide di kepalaku. Setiap ada yang keluar dari sana menjadi kesempatan bagiku untuk selalu memasukan sesuatu yang baru yang ternyata penting bagiku. Aku selalu mengkondisikan diri bukan sebagai gelas yang penuh, tetapi gelas yang masih bisa diisi. Sebab aku menyadari, bahwa hidup kita ini ialah sebuah sekolah. Kita ada di dunia ini untuk terus belajar. Setiap jeda atau langkah yang kita alami adalah kurikulum yang mesti terus diperbaharui untuk bisa mencapai kematangan.

Hari ini, berkat kemauan untuk mengeluarkan isi di kepalaku, tulisanku dimuat di koran kompas. Sebuah kebanggan yang luar biasa bagiku, sebab namaku ada di koran nasional setara kompas. Dan ketika aku terus menulis, ternyata tidak ada yang sia-sia dari aktifitas menulis itu. Justru hidup terasa menyenangkan. 


Catatan Hari Lahir

Hari sudah malam. Senja telah lama pergi meninggalkan banyak kisah. Yang tersisa kini hanya kenangan, untuk dirangkai menjadi catatan sebelu...