Hari sudah malam. Senja telah lama pergi meninggalkan banyak kisah. Yang tersisa kini hanya kenangan, untuk dirangkai menjadi catatan sebelum doa malam.
Catatan kali ini tentang hari lahir. Hari mengenang, aku lahir di tengah dunia. Yah, 27 tahun lalu, di sebuah dusun kecil, di kampung Pejek Manggarai Timur.
Seperti kamu, aku menangis saat lahir. Menangis karena rasa nyaman di perut ibu tiba-tiba menghilang. Aku masuk ke dunia yang asing yaitu tanah kelahiranku. Tapi tangisku adalah Sukacita besar bagi keluarga dan orang sekampung. Sebab, aku lahir selamat dan sehat.
Kini, 27 tahun telah berlalu. Tidak banyak yang melekat erat dalam memori selain usia yang semakin tidak muda. Sebab semua serasa mengalir seperti udara, berjalan tanpa ada yang merintangi, walau berlabu di tengah samudra kehidupan dengan segala sesuatu yang menyenangkan dan derai air mata dukacita.
Tentang hari kelahiran, ada yang selalu dengan bangga kuceritakan pada diriku sendiri. Itu tentang beragam tempat aku merayakannya. Mulai dari 2015 di Ruteng, 2016 di Malang, 2017 di Banyuwangi, 2018 di Pandaan, 2019 di Bali, 2020 di Malang.
2021 sangat unik dan berbeda. Tidak ada tiup lilin dan nyanyian selamat, pun sedikit yang mengucapkan. Itu terjadi karena aku terpapar covid dan harus menjalankan isolasi mandiri. M emang agak susah menerima kenyataan pedih ini, tapi aku tetap bersyukur, dan kelak akan mengenang hari ulang tahunku tahun 2021 spesial dan unik.
Itu dulu catatan malam ini. Brevirku seolah sudah berkata, ayo berdolah. Malam sudah larut dan sudah melepas lelah. Dan dalam doaku aku mengingat kamu semua untuk segala cinta dan perhatian yang telah kuterima di hari ulang tahunku ini.
Berkatilah kami Ya Tuhan bila kami berjaga-jaga, lindungilah kami bila kami tidur. Semoga kami berjaga bersama Kristus dan beristirahat dalam damai.